NOY, Alvianus (2020) Yesus Gembala Yang Baik (Refleksi Eksegetis Atas Teks Yoh 10:1-21). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.
Text
ABSTRAK.pdf Download (935kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (224kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (460kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (771kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (349kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (231kB) |
Abstract
Kitab Suci kerap kali melukiskan peran seorang gembala, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Penggambaran ini dapat bersifat langsung dalam arti mengisahkan tentang keberadaan seseorang sebagai gembala bagi kawanan domba, misalnya Habel yang bekerja sebagai gembala domba. Tetapi juga bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu yang lain yang dikenal dalam bentuk perumpamaan atau juga gaya bahasa alegori. Seorang dikatakan sebagai gembala,karena ada kawanan domba yang menjadi gembalaannya. Dan di sisi lain kawanan dombapun sangat membutuhkan keberadaan seorang gembala sebagai penutun mereka untuk memperoleh rumput yang hijau dan air yang jernih. Keberadaan kawanan domba sangat bergantung pada gembalanya. Teks Yoh 10:1-21, melukiskan tentang pengajaran Yesus di bawah tema Gembala Yang Baik. Pengajaran ini merupakan suatu monolog yang panjang dengan kekayaan simbolisme di dalamnya. Diskursus tentang Gembala Yang Baik merupakan bagian dari perdebatan antara Yesus dan para pemimpin Yahudi, dan pada bagian akhir dari perikop ini dapat ditemukan adanya perdebatan internal mengenai keberadaan Yesus di dalam kelompok orang Yahudi sendiri. Berdasarkan eksegese literer yang telah diuraikan maka peneliti melihat bahwa uraian tetang figur Yesus pada teks tersebut sungguh menampilkan figur Yesus sebagai gembala yang baik. Pengungkapan bukti-bukti tentang figur Yesus sebagai gembala yang baik pada awal dari perikop ini memang belum jelas ditampilkan, namun semakin nyata dan terus diperjelas pada bagian akhir dari pengajaran Yesus. Pengajaran Yesus seolah-olah hendak membiarkan para pendengar-Nya untuk mencerna sendiri apa sesungguhnya yang hendak dikatakan oleh Yesus. Namun berakhir pada pernyataan Diri Yesus melalui ungkapan tentang siapakan diri-Nya dan Nampak melaluisebuah frase “Akulah”,(bdk. Yoh 10:1,7,11,14). Sebuah frase yang kiranya sudah sangat populer pada masa Perjanjian Lama, secara khusus dalam peristiwa penampakan Allah terhadap Musa di semak belukar (bdk. Kel 3:1-22). Hakikat Yesus sebagai gembala yang baik sungguh dinyatakan pada perikop teks yang diteliti. Hal ini nampak melalui penampilan figur Yesus yang tidak dijumpai di kalangan para pemimpin Yahudi pada masa itu, juga kalangan para pemimpin yang hadir ada pada masa awal kekristenan yakni situasi yang melingkupi kehidupan jemaat Yohanes. Puncak dari perbedaan antara Yesus dan para pemimpin lainnya terdapat pada hubungan yang tak terpisahkan antara DiriNya dan Bapa, dan Kasih yang Ia nyatakan dengan mengurbankan nyawa-Nya bagi kawanan domba gembalaan-Nya (bdk. Yoh 10:11). Peristiwa ini justru terjadi dalam suatu relasi yang khas. “Sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku (Yoh 10:15)”. Misi yang dijalankan oleh Yesus yang disebut-Nya sebagai tugas yang diterima-Nya dari Bapa terjadi dalam relasi kasih-Nya dengan Bapa (bdk. Yoh 10:18b). Kasih yang sama itulah yang Ia nyatakan kepada kawanan domba gembalaan-Nya. Bapa adalah pangkal, Perencana, yang dengan bebas telah mengambil inisiatif penyelamatan. Oleh Roh Kudus Yesus menjawab pengutusan Bapa dengan ketaatan penuh, dan dalam keadaan bebas menyerahkan diri secara total, sehingga antara manusia dan Allah terjalin hubungan yang akrab seperti seorang gembala dan kawanannya (bdk. Yoh 10:18). Figur Yesus sebagai sosok Gembala Yang Baik menjadi bagian dari perutusan-Nya. Konkretnya, Ia dikatakan sebagai gembala yang baik, yang berbeda dari para pemimpin Yahudi lainnya. Hal ini nampak dalam dalam penempatan teks yang dipilih,yang memiliki keistimewaan dan kekhasan tersendiri. Sebab, secara struktural teks ini ditempatkan antara situasi pertentangan antara Yesus dan para pemimpin agama Yahudi. Dalam situasi yang penuh ketegangan itulah Yesus justru menampilkan Diri-Nya sebagai pemimpin yang sejati. Yesus menunjukkan diri sebagai pribadi yang berbeda dari para pemimpin Yahudi. Keistimewaan inilah yang turut menegaskan Diri-Nya sebagai Gembala Yang Sejati. Ada perbedaan yang nampaknya mempertentangkan antara sang gembala dan orang upahan. Lebih dari pada itu kasih sang gembala kepada domba-dombanya, berpuncak pada penyerahan nyawa agar mereka hidup dan memperoleh keselamatan. Sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa bagi domba-domba-Ku (Yoh 10:14). Keistimewaan dari Yesus sebagai gembala nampak pada beberapa aspek yakni, Yesus mengenal kawanan domba bahkan memanggil mereka dengan nama-Nya, Ia memberikan hidup dan puncak dari pemberian DiriNya, Yesus mengurbankan nyawa bagi kawanan domba gembalaan-Nya. Kasih-Nya yang tak terbatas itu merupakan tugas yang Ia terima dari Bapa. Maka menjadi nyata bahwa Yesus adalah gembala yang berbeda dari para pemimpin lainnya. Idealisme mengenai gembala yang sejati terealisir dalam Yesus. Secara khusus pula tulisan-tulisan Yohanes menekankan hubungan unik antara Yesus dan Bapa. Allah yang tak kelihatan dan tersembunyi bagi semua orang itu hanya dikenal oleh Putera, maka Putera adalah satu-satunya pewahyuan diri Allah. Kehadiran Yesus menggenapi nubuat tentang Mesianis, seorang pemimpin sejati yang tersamar dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama Allah berbicara kepada umat Israel melalui para pemimpin yang dipilih seperti para raja dan melalui para nabi. Mereka yang dipilih menjadi gembala bagi bangsa pilihan Allah. Namun sering kali mengalami kemunduran bahkan kejatuhan dalam menjalankan tugas kepemimpinan. Kehadiran Yesus memberi paradigma sekaligus aktualisasi mengenai tugas kegembalaan, namun dengan spirit yang baru. Pengenalan akan Allah sebagai Bapa dan pengorbanan Diri demi keselamatan kawanan domba gembalaan menjadi kekhasan dalam figur kegembalaan Yesus. Pengorbanan Diri Yesus memiliki kaitan dengan kedatangan Kerajaan Allah, di mana Allah menegakkan kedaulatan-Nya sebagai Gembala bagi kawanan domba gembalaan-Nya. Spirit kegembalaan Yesus tidak berasal dari luar diri-Nya. Dia adalah Allah yang menjadi pemimpin sejati bagi Israel 2309baru yakni Gereja yang kudus.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Fil Lake Primus Sani |
Date Deposited: | 28 Oct 2021 01:26 |
Last Modified: | 28 Oct 2021 01:26 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5158 |
Actions (login required)
View Item |