Kemuliaan Tuhan Dan Martabat Manusia (Refleksi Teologis – Biblis Atas Mazmur 8)

DEU, Silvester (2021) Kemuliaan Tuhan Dan Martabat Manusia (Refleksi Teologis – Biblis Atas Mazmur 8). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (392kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (675kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (615kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (289kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (186kB)

Abstract

Manusia ditempatkan Allah pada kedudukan yang sangat istimewa. Ia diciptakan menurut gambar (Tselem) dan rupa (Demut) Sang Pencipta (bdk. Kej 1:26). Maksud Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupanya adalah mendudukkan dan memberi perintah kepada manusia sebagai wakil-Nya di dunia ini untuk menguasai atau memerintah seluruh alam semesta dalam tanggung jawab Allah sendiri sebagai pemberi mandat (bdk. Mzm 8:7-9). Selain itu, kesegambaran manusia dengan Allah juga melukiskan hubungan yang khusus antara Allah dan manusia. Hubungan ini juga memungkinkan Allah dapat berfirman kepada manusia untuk melakukan atau mengikat perjanjian dengan-Nya dan sebaliknya manusia dapat berkomunikasi dengan Allah. Manusia, siapakah dia? Suatu pertanyaan besar yang pernah ada serta muncul di bumi dan yang akan tetap aktual sepanjang sejarah hidup manusia. Manusia adalah satu pertanyaan metafisis yang tidak bisa dipuaskan hanya dengan satu jawaban imanentif. Pada posisi pertama setiap manusia tahu siapa dirinya. Namun di sisi lain, manusia bingung dengan hakekat kemanusiaannya. Dalam pengenalan tentang dirinya tersimpan juga banyak ketidaktahuan tentang dirinya. Ia senantiasa terus berjalan membawa sisi terang dan gelap dirinya untuk menemukan kehidupannya yang sejati. Demikian pula ia akan terus bertanya dan bertanya tentang siapakah dirinya. Ia menemukan dirinya sebagai ciptaan yang senantiasa berada dalam keterpecahan waktu. Manusia adalah ada yang tahu dan sekaligus bertanya tentang dirinya. Manusia adalah sebuah pertanyaan metafisis yang tak pernah puas dengan jawaban-jawaban duniawi. Manusia adalah pertanyaan terbesar dan Tuhan adalah jawaban terbesar. Penemuan seluruh keutuhan dirinya sebagai pribadi ciptaan Tuhan, yang mempunyai harkat dan martabat yang tinggi tidak semudah bila manusia hanya berkutat di sekitar lingkungan dirinya. Manusia yang bereksistensi harus mampu keluar dan bersosialisasi dengan sesama, dengan lingkungan alam sekitarnya. Manusia harus kembali terarah kepada Tuhan sebagai asal muasal dirinya untuk menemukan dasar eksistensi dan esensinya yang sejati. Manusia akan tahu siapakah dia bilamana ia mulai kembali meluruskan dasar keterarahan dirinya yakni pada Allah sebagai Sumber Pokok. Di satu sisi, manusia adalah makhluk yang lemah dan hina, namun di sisi lain manusia adalah ciptaan yang istimewa oleh karena diciptakan menurut gambar Allah (Imago Dei) dan dimahkotai dengan kehormatan dan kemuliaan. Plaisier mengutip kata-kata seorang filsuf yang mengemukakan bahwa: “Manusia tidak lebih buruk daripada buluh, akan tetapi ia adalah buluh yang mempunyai kesadaran.Alam dengan gampang bisa menghancurkan manusia. Tetapi apabila alam membunuhnya, dia masih lebih unggul daripada apa yang membunuhnya, karena dia tahu bahwa dia mati, dan dia tahu kelemahannya berhadapan dengan alam. Padahal, alam sendiri tidak tahu apa-apa.” Inilah salah satu keunikan manusia bahwa mereka memiliki kesadaran akan apa yang terjadi di sekitar dan di dalam diri mereka sendiri. Allah melimpahkan nilai dan kemuliaan yang sangat tinggi bagi manusia, hal tersebut nyata dalam Mazmur 8:6 ketika pemazmur dalam pujiannya menyatakan bahwa “Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” Hal tersebut mengacu pada “diciptakan menurut gambar Allah (Imago Dei)” di mana manusia memiliki sifat, karakter dan kuasa serta persekutuan dengan Allah. Mazmur 8 memberi jawaban dasar dalam menegaskan pencarian manusia akan eksistensi dan esensi dirinya, dengan pertanyaan kepada Allah, “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?. Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mzm 8:5). Bahwa manusia diciptakan hampir setara dengan Allah. Ia yang rendah dan hina telah diperhatikan Tuhan. Tuhan sendiri telah memahkotainya dengan kemuliaan dan semarak. Keluhuran yang terletak pada manusia untuk menguasai segala ciptaan di dunia, berasal dari Allah (bdk. Kej 1:28).

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Antonia M. Ngole
Date Deposited: 06 Jun 2022 01:54
Last Modified: 06 Jun 2022 01:54
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5507

Actions (login required)

View Item View Item