Nilai Sosial Ritus Sau Batar Pada Masyarakat Seon-Kabupaten Malaka

BEREK, Fransisskus Seme (2021) Nilai Sosial Ritus Sau Batar Pada Masyarakat Seon-Kabupaten Malaka. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (757kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (512kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (350kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (436kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (343kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (391kB)

Abstract

Nilai sossial itu berdaya guna dalam penghayatan dan pengalaman hubungan persaudaraan antar sesama manusia, manusia dengan para leluhur, dan manusia dengan yang Ilahi sendiri. Karena itu dalam tahap-tahap upacara Sau Batar dapat diperkaya dengan konsep dan tindakan yang menampilkan nilai kebersamaan yang sangat baik dalam suatu masyarakat, dan dalam upacara ini relasi antar masyarakat merasa sungguh dipersatukan dengan leluhur dan generasi-generasi selanjutnya. Relasi tersebut dapat dibina dan dikembangkan secara baik setahun sekali dalam upacara Sau Batar. Melalui kebudayaan, manusia mampu menemukan nilai kehidupan dan mengekpresikan jati dirinya dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa kebudayaan merupakan ungkapan diri manusia yang timbul dari kedalaman dirinya, yakni hasrat, potensi dan bakat yang menjadi warisan yang dinamis yang bergerak dari satu generasi ke generasi yang lain. Kebudayaan memiliki peranan penting dalam proses pembentukan kehidupan karakter manusia, sehingga kebudayaan memiliki tujuan yang pasti, yakni memanusiakan manusia. Manusia hidup dalam lingkungan yang berbeda-beda. Ini semua menjadi tantangan atau persoalan buat manusia. Manusia harus menjawab atau menyelesaikan persoalan yang ada. Jawaban yang diberikan manusia terhadap alam lingkungan dan pengalaman hidup adalah kebudayaan. Konsep kebudayaan bersifat dinamis, artinya ada interaksi antara harta warisan dan manusia yang mewarisinya, sehingga proses kebudayaan meliputi semua orang. Karena itu, setiap masyarakat hendaknya merasa terlibat di dalamnya. Kebudayaan merupakan ketengangan antara imanensi dan trasendensi yang sekaligus dipandang sebagai ciri khas dalam dinamika kehidupan masrayakat tertentu. Manusia hendaknya menjadi sadar akan kebudayaan, secara aktif turut memikirkan dan merencanakan arah yang akan ditempuh oleh kebudayaan itu. Karena kebudayaan diartikan sebagai perwujudan kehidupan setiap orang dan kelompok orang yang meliputi segala perbuatan manusia. Di dalam kehidupan masyarakat Seon, terdapat banyak hal yang harus ditempuh atau dihidupi untuk melahirkan kembali kebudayaan-kebudayaan yang telah luntur bahkan yang tidak disadari oleh generasi muda dikarenakan adanya pengaruh yang besar dari perkembangan teknologi masa kini.Usaha ini dilakukan untuk mewujudkan kembali kebudayaan-kebudayaan yang telah hilang. Pada umumnya, suatu kebudayaan itu hilang disebabkan oleh karena kurangnya nilai kesadaran masyarakat sendiri akan begitu pentingnya suatu kebiasaan yang menjadi ciri khasnya dalam kehidupan suatu kelompok. Masyarakat suka melihat sesuatuyang baru di luar kebudayaannya dan menjadikan hal itu sebagai panutan dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian budaya-budaya asli yang dimilikinya menjadi luntur bahkan tidak dihiraukan sama sekali oleh generasi muda. Padahal kebudayaan itu dapat menjadi ciri khas dari masyarakat yang memilikinya. Setiap ciri khas dari suatu kebudayaan dapat menunjukkan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang memiliki daya kreativitas untuk menghasilkan sesuatu. Suatu kebudayaan akan selalu mengalami perubahan baik itu mengalami perkembangan, kemunduran, kematian maupun mengalami kepunahan. Hal ini tergantung pada setiap masyarakat yang memilikinya dan bagaimana masyarakat tersebut memperlakukannya. Dalam kehidupan sosial masyarakat Seon ada suatu kebudayaan yang khas yang dimilikinya yakni ritus Sau Batar (upacara panen jagung). Ritus ini menjadi kekhasan dari masyarakat Seon ketika tiba waktunya untuk memanen jagung. Menurut informan masyarakat Seon menjalankan kebiasaan ini sebagai suatu bentuk ungkapan syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada para leluhur yang telah meninggal dunia, dengan suatu keyakinan bahwa para leluhur inilah yang turut menjaga dan memelihara hasil panen ini. Sebab dalam ritus ini juga memungkinkan seseorang untuk terlibat aktif dalam masyarakat demi menciptakan kehidupan umum yang harmonis. Upacara Sau Batar atau syukur panen jagung ini, biasanya dilakukan menjelang jagung siap dipanen. Kebiasaan ini telah menjadi kekhasan dalam kehidupan masyarakat Seon dalam kaitanya dengan persembahan hasil panen baik di Gereja maupun dirumah adat. Menurut para tua adat, maksud atau tujuan dari ritus ini adalah mengucap syukur kepada Tuhan Sang pemberi kehidupan dan berkat. Ritus ini juga bermakna sebagai pemberian dari kekurangan dan terbaik dari hasil yang ada. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Kain dan Habel, hal yang sama juga dilakukan oleh masyarakat Seon sejak dahulu. Tradisi dan budaya yang diwariskan secara turun temurun, ini menjadi bukti bahwa manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna yang menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun-temurun. Masyarakat Seon menganggap ritus ini sebagai salah satu cara untuk menyampaikan syukur dan terima kasih kepada Sang pemberi hidup yang tampak melalui hasil panen ini. Dalam hal mata pencaharian, semua masyarakat Seon, pada umumnya memiliki pola hidup dalam bercocok tanam yaitu, lewat pertanian, perkebunan, peternakan, dan lain-lain. Situasi ekonomi saat ini pun menjadi tantangan bagi mereka tersendiri. Banyak diantara mereka yang sering kali gagal panen. Dan hal ini tentunya memberikan dampak yang negatif pada penghasilan mereka. Kenyataan sering menunjukkan bahwa penghasilan mereka setiap bulan hanya sebatas untuk menafkahi hidup mereka dan pendidikan anak-anak mereka. Untuk itu, sebagai jalan keluar yang ditempuh untuk mempertahankan hidup adalah dengan merantau ke negeri orang demi kehidupan sehari keluarga.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BC Logic
B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
H Social Sciences > HV Social pathology. Social and public welfare
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: SH Yakobus Naben
Date Deposited: 16 Jun 2022 04:20
Last Modified: 16 Jun 2022 04:20
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5690

Actions (login required)

View Item View Item