Makna Filosofis Tradisi Megalitik Keda Kanga di Desa Wolotopo Timur-Ndona-Ende

GHAWA, Vitalis Ferdinandus (2022) Makna Filosofis Tradisi Megalitik Keda Kanga di Desa Wolotopo Timur-Ndona-Ende. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAKSI.pdf

Download (846kB)
[img] Text
BAB 1.pdf

Download (404kB)
[img] Text
BAB 2.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (458kB)
[img] Text
BAB 3.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (507kB)
[img] Text
BAB 4.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (443kB)
[img] Text
BAB 5.pdf

Download (1MB)

Abstract

Megalitik adalah salah satu bukti keberadaan budaya dalam peninggalan-peninggalan bersejarah yang menjadi sebuah tradisi dan warisan leluhur. Pulau Flores merupakan salah satu tempat yang menjadi saksi sejarah. Tradisi yang berakar kuat dalam sistem budaya sehari-hari tersebut adalah tradisi megalitik, berupa monumen-monumen pemujaan terhadap arwah leluhur. Kampung Wolotopo merupakan salah satu kampung adat di Kabupaten Ende yang masih dipenuhi dengan berbagai peninggalan megalitik seperti; tempat upacara adat (keda kanga), tugu tempat persembahan (tubu musu), kubur batu (rate), dan bangunan tempat menyimpan tulang leluhur (bhaku). Namun demikian, terkadang peninggalan tersebut hanya dilihat sebatas benda atau bangunan yang dipajang sebagai ajang pariwisata. Hal ini karena tergerusnya arti, makna, dan nilai luhur di tengah tantangan arus globalisasi. Sisa peninggalan tradisi megalitik adalah harta budaya leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan walau berhadapan dengan tantangan dunia modern. Usaha dalam mempertahankan budaya lama demikian, karena budaya memberikan manfaat, pengetahuan dan pola perilaku yang baik dalam membantu perkembangan generasi muda dan juga membentuk karakteristik masyarakat dalam mengolah nilai-nilai luhur kehidupan bersama. Perjumpaan manusia akan perkembangan teknologi dan pengetahuan alam yang semakin kompleks membawa dampak buruk serta mengombang-ambingkan eksistensi peninggalan budaya sehingga menggeser, bahkan menghilangkan makna luhur yang telah diwariskan. Berbagai persoalan daya kebudayaan manusia menjadi tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai budaya di tengah arus perkembangan zaman. Nilai-nilai luhur sejarah tergerus dan tercecer tak terbendung dimakan waktu dalam eksistensinya sebagai sebuah kebudayaan. Dalam tulisan ini, penulis menelusuri dan mengkaji arti dan makna filosofis dari peninggalan tradisi megalitik yakni keda kanga. Dalam pencapaiannya, penulis menggunakan pendekatan etnoarkeologi dengan cara melakukan survei langsung di Desa Wolotopo Timur untuk melihat peninggalan-peninggalan tradisi megalitik yang masih tersisa hingga saat ini. Kemudian dilakukan wawancara dan pengamatan langsung untuk mengetahui fungsi atau manfaat dari sisa peninggalan tradisi megalitik tersebut. Penulisan karya ilmiah ini, juga menjadi salah satu perjuangan dan usaha penulis untuk memperkenalkan kekayaan budaya di Desa Wolotopo Timur. Penulis melihat bahwa tradisi peninggalan megalitik bukanlah sebuah warisan mati, melainkan memiliki seperangkat nilai hidup yang sangat membantu perkembangan peradaban masyarakat dan mengandung falsafah hidup tertentu. Dalam kebudayaan yang berkaitan dengan peninggalan tradisi megalitik, dipandang keberadaannya sebagai suatu akumulasi cara berpikir manusia untuk memenuhi berbagai kepentingannya dalam aspek religius khususnya. Sistem religius dan sosial dalam tradisi megalitik, dapat dilihat melalui fungsi dan tata cara serta upacara atau ritual adat dalam melaksanakan setiap aktivitas kehidupan yang berkaitan dengan kebudayaan tersebut. Secara umum peninggalan-peninggalan dari tradisi megalitik menunjukan bahwa adanya bentuk dan jenis yang selalu digunakan untuk melakukan upacara pemujaan, memberikan persembahan, penghormatan dan juga untuk melakukan berbagai ritual lainnya yang tidak terlepas dari peran wujud yang paling tertinggi yakni Sang Pencipta (‘Du’a Ngga’e’). Dilihat dari bentuk, jenis, dan dalam setiap upacara atau ritual adatnya, peninggalan tradisi megalitik yang ada di keda kanga termasuk dalam wujud kebudayaan fisik yang merupakan ‘simbol suci sebagai representasi Du’a Ngga’e’. Oleh karenanya warisan budaya dalam bentuk fisik ini terus digunakan dan menjadi tradisi dalam masyarakat sebagai sarana untuk komunikasi dan interaksi dengan Sang Pencipta yakni Du’a Ngga’e. Oleh karena itu, makna filosofis tradisi megalitik yang ada di Desa Wolotopo Timur adalah Filsafat Ketuhanan orang Lio yang berkarakter atau beratribut monotheisme yang monodualistik. Hal ini terungkap dalam setiap tradisi megalitik keda kanga yang adalah simbol suci yang menghadirkan “Du’a Gheta Lulu Wula Ngga’e Ghale Wena Tana” (‘Tuhan Allah yang berada di balik bulan dan penguasa di bawah bumi yang terdalam’).

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Megalitik, Keda Kanga, Filosofis, Tubu Musu, Rate
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BJ Ethics
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Vitalis Ferdinandus Ghawa
Date Deposited: 07 Jul 2022 02:43
Last Modified: 07 Jul 2022 02:43
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/7032

Actions (login required)

View Item View Item