TIWU, Paskalis (2022) Pengampunan Sebagai Penopang Hidup Persaudaraan Telaah Ensiklik Fratelli Tutti, Artikel 241-243. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Text
ABSTRAK.pdf Download (362kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (107kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (174kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (172kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (169kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (128kB) |
Abstract
Pengampunan, di dalam dunia dewasa ini yang ditandai dengan perkembangan yang begitu cepat menjadi nilai yang mahal. Manusia sebagai mahluk individu dan sekaligus sosial, tidak lagi menyadari arti penting pengampunan dalam kebersamaan hidup dengan sesama yang lain. Sebagai pribadi, manusia melupakan dan sengaja mengabaikan arti dan makna pengampunan bagi dirinya. Sebaliknya, ada yang beranggapan bahwa, mengampuni berarti membuka kelemahan untuk diketahui orang lain. Pada bagian lain, pengampunan menjadi hal yang tak mudah bahkan sulit dalam hubungan sosial. Sebab membolehkan pengampunan berarti menyerahkan ruang kepada orang lain untuk menguasai situasi. Singkatnya, pengampunan menjadi hal yang tak mudah baik di hadapan para pelaku kejahatan tetapi juga di hadapan para korban itu sendiri. Gemah pengampunan dalam dunia yang semakin maju dan penuh dengan perubahan-perubahan ini kemudian menjadi tak terdengar, lemah dan sepele serta hampa. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pengampunan sebagai pembebasan dari hukuman atau tuntutan. Pengampunan ini sendiri berasal dari kata dasar ampun. Kata ampun ini sendiri memiliki makna yang tak terlalu jauh dari pengampunan. Ampun berarti pembebasan dari tuntutan karena melakukan kesalahan atau kekeliruan. Pengampunan di sini merujuk pada pembebasan seseorang dari kungkungan karena suatu persoalan atau tuntutan karena kesalahan yang dilakukan. Pengampunan melahirkan penyembuhan yang meretas jalan bagi suatu kerja sama yang lebih baik antara pihak-pihak yang berseteru. Pengampunan mengungkapkan suatu proses perjumpaan dan menyingkapkan pilihan-pilihan baru yang sejati untuk masa depan Pengampuan juga merupakan suatu ajaran penting yang ditekankan dalam Kitab Suci. Pengampunan dilihat sebagai sutu proses perjumpaan agar mencapai penyembuhan untuk masa depan yang lebih baik. Pengampunan terjadi hanya karena Allah bersedia mengampuni (Neh. 9:17). Sebab pada Allah ada kasih sayang dan pengampunan (Dan. 9: 9). Pengampunan menjadi hal penting yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan orang beriman. Setiap orang beriman didorong untuk selalu terbuka dalam hal mengampuni. Pengampunan yang pada intinya mengacu pada suatu tindakan khusus untuk memberi ampun, kemudian kembali diangkat dan dibicarakan oleh Paus Fransiskus dalam ensiklik terbarunya Fratelli Tutti. Bapa Suci merasa prihatin terhadap pudar dan hilangnya makna pengampunan dalam kehidupan bersama sebagai saudara dan saudari. Pengampunan baginya merupakan satu dari sekian banyak jalan menuju suatu perjumpaan baru agar hidup persaudaraan kembali dipelihara. Pengampunan berati berusaha dengan berbagai cara untuk melucuti kekuatan yang cara penggunaannya tidak sesuai dan yang telah merusak seseorang sebagai manusia dan juga orang lain. Pengampunan menjunjung tinggi hak dan martabat seseorang, yang adalah anugerah penuh kasih dari Allah. Bila seseorang merugikan pribadi yang lain, yang dirugikan berhak menuntut keadilan. Hal penting yang harus diperhatikan adalah semunya dilakukan dengan tidak berlandaskan pada alasan balas dendam. Sebaliknya, tindakan pengampunan harus dilakukan dengan berlandaskan sikap cinta kasih. Dengan cara ini, semua yang mengamalkan pengampunan akan mengalami damai dan sukacita yang mendalam. Kecuali itu, dengan mengedepankan pengampunan dalam hubungan dengan sesama, maka hidup persaudaraan sebagai saudara dan saudari akan terpelihara dan harmonis. Pengampunan juga tidak berarti melupakan, karena pengampunan yang bebas dan tulus merupakan sesuatu yang luhur yang mencerminkan pengampunan ilahi, yang jika dilakukan dengan sukarela, semua konflik yang beratpun dapat diampuni. Kecuali itu, mereka yang benar-benar mengampuni tidak melupakan, tetapi menolak untuk dikendalikan oleh kekuatan destruktif yang memecah-belah kebersamaan. Sukacita pengampunan tak terungkapkan, tetapi menyinari segala sesuatu di sekitar kita kapan pun kita mengalaminya. Secara khusus kehidupan persaudaraan kita semakin harmonis, karena berlandaskan pada kasih Allah yang nampak dalam tidakan pengampunan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Pengampunan, Hidup Persaudaraan dan Fratelli Tutti |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BT Doctrinal Theology |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Fil Paskalis Tiwu |
Date Deposited: | 27 Jul 2022 02:10 |
Last Modified: | 27 Jul 2022 02:10 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/7453 |
Actions (login required)
View Item |