Perjamuan Malam Terakhir Sebagai Perjamuan Perjanjian Baru (Analisis Eksegetis atas Teks Lukas 22:14-23)

DARMA, Klaudius Mariano (2022) Perjamuan Malam Terakhir Sebagai Perjamuan Perjanjian Baru (Analisis Eksegetis atas Teks Lukas 22:14-23). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (746kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (150kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (611kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (182kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (63kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (85kB)

Abstract

Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru mengisahkan karya serta tindakan Allah yang menyelamatkan umat manusia. Dalam Perjanjian Lama misalkan Allah hadir menyelamatkan manusia bangsa Israel khususnya melalui pembebasan bangsa pilihan ini dari perbudakan di Mesir dan Allah sendiri yang menyertai sekaligus menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir yang dipimpin langsung oleh Musa (Kel. 13:17-22). Melalui kurban anak domba suci yang tidak bercacat bangsa Israel diselamatkan Tuhan. Paskah menjadi peristiwa yang harus diabadikan dan menjadi tradisi bangsa Israel turun temurun karena karya keselamatan Allah yang besar terjadi saat itu. Kurban darah keselamatan telah menghantar umat pilihan Tuhan terbebaskan dari perbudakan di Mesir. Firaun membebaskan bangsa Israel karena karya Allah yang mahadahsyat telah terjadi atas bangsa Israel. Tuhan menyertai dan melindungi bangsa pilihan-Nya. Dalam perjanjian Baru karya keselamatan terpenuhi dalam diri Yesus Kristus yang hadir di dunia. Kristus adalah kepenuhan perjanjian. Yesus Kristus datang ke dunia untuk melakukan karya Allah yaitu untuk menyelamatkan manusia dari perbudakan dosa dan membawa manusia pada kepenuhan citra Allah yang maha luhur. Manusia ada sebagai yang transenden dan juga manusia layak membangun relasi dengan Allah. Pewahyuan diri Allah dalam diri Yesus Kristus merupakan suatu bukti bahwa Allah sungguh mengasihani manusia ciptaan-Nya. Allah yang menyelamatkan umat manusia itu tidak berhenti disini saja tetapi ia menyerahan diri-Nya juga melalui kurban diri-Nya tubuh dan darah-Nya (Luk. 22:14-23; Mat. 26:20-29, Mrk. 14:17-25). Makna kurban dalam Perjanjian Baru diungkapkan secara tersirat. Bahkan dalam Perjanjian Baru tidak pernah dicatat bahwa Yesus beribadah dengan mempersembahkan hewan kurban. Hanya saja sebagai orang Yahudi Yesus menghormati tradisi kurban dalam Perjanjian Lama (Mat. 5:24; Mrk. 1:44; Luk. 5:14; 17:14). Yesus tidak pernah mencela tradisi lama yang telah menjadi habitual bangsa Israel tetapi sedikit memberi sikap kritis atas praktek kurban Perjanjian Lama. Bagi-Nya nilai etis dari kurban harus ditempatkan paling atas dari ritual seremonialnya. Menurut-Nya relasi dengan sesama harus diperbaiki dahulu sebelum mempersembahkan kurban kepada Allah (Mat. 5:23), atau kurban tidak boleh mengalahkan ketetapan Taurat untuk menghormati orang tua (Mat. 15:5; Mrk. 7:11); Bahwa mengasihi Allah harus ditempatkan diatas kurban persembahan (Mrk. 12:33). Sejatinya esensi dari kurban ialah untuk keselamatan, kebenaran dan keadilan. Kurban tidak hanya dipersembahkan kepada Allah agar Allah menuruti permintaan manusia tetapi supaya manusia mempersembahkan dirinya sendiri untuk membangun keadilan dan kebenaran maupun kepedulian dan kasih yang riil kepada sesama seperti yang dikehendaki Allah. Maka dengan hakekat kurban yang demikian mampu membawa yang lain kepada keselamatan. Perjamuan malam terakhir adalah perjamuan perpisahan. Lukas dengan jelas menyebut akan hal ini “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu sebelum Aku menderita” (Luk. 22:15). Perjamuan malam terakhir juga adalah perjamuan Paskah baru. Perjamuan Paskah baru artinya bahwa perayaan Paskah Perjanjian Lama kini sudah diperbaharui bahkan diganti dengan perayaan Paskah baru. Justru penempatan perjamuan malam terakhir pada hari raya Paskah oleh injil sinoptik memiliki interese teologis. Paskah lama telah diganti dengan Paskah baru yang berpuncak pada penyerahan diri Yesus Kristus dalam peristiwa wafat-Nya. Inti kenangan perayaan paskah lama ialah tindakan penyelamatan Allah yang membebaskan bangsa Israel dari perbudakan mesir. Paskah lama kini telah mendapat isi baru dalam perayaan Paskah baru yakni tindakan penyelamatan Allah yang membebaskan seluruh umat manusia dari perbudakan dosa dan maut melalui wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Kalau Paskah Perjanjian Lama hanya berlaku bagi bangsa Israel kini dalam Paskah Perjanjian Baru Allah bertindak bagi seluruh umat manusia melalui Kristus. Paskah baru menandai dimensi universal tindakan penyelamatan Allah melalui Kristus. Dengan resmi ia menyatakan tentang kegenapan bayangan Paskah yang Yesus makan dengan murid-murid-Nya dan melanjutkannya dengan perjamuan suci. Dalam perayaan Paskah orang-orang Israel makan roti yang tidak beragi dan makan domba Paskah yang dibakar dengan api. Tetapi setelah Anak Domba Allah yang menyerahkan darah-Nya sebagai harga tebusan untuk menyelamatkan orang berdosa dari hukuman dan kematian kekal, ada peristiwa yang diyakini orang sebagai keselamatan yang sudah diterimanya sesuai dengan pemberitaan Injil Yesus. Peristiwa yang penting ini diperingati dengan Perjamuan Suci seperti yang Yesus tunjukan kepada murid-murid-Nya dalam perjamuan Paskah. Yesus mengambil roti dan mengucap syukur dan membagikannya kepada para murid-murid-Nya (bdk. Mat. 26:26; Mrk. 14:22; Luk. 22:19). Ia menjelaskan bahwa roti itu ialah lambang tubuh-Nya yang akan dipecahkan yakni saat disalibkan. Lalu ia mengambil air anggur yang ada dalam satu cawan itu dan membagikannya kepada para murid-Nya (bdk. Mat. 26:28; Mrk. 14:24; Luk. 22:20). Yesus menjelaskan bahwa air anggur ini adalah lambang darah-Nya. Darah-Nya menjadi perjanjian keselamatan untuk semua orang yang menerimanya. Tubuh dan darah-Nya (bdk. Luk. 22:19-20) dalam perjamuan malam terakhir sebagai perjanjian yang telah disediakan Allah. Kemudian oleh Paulus Perjamuan makan pada zaman Yesus diidentikan dengan perjamuan agape atau jamuan kasih dalam jemaat di Korintus (1Kor. 11:20-34). Pengajaran Paulus mengenai perjamuan kudus diartikan sebagai makna karya keselamatan Allah. Perjamuan kudus memberitakan kematian Tuhan (1Kor. 11:26). Hal ini berkaitan juga dengan upacara Paskah yang memberitakan kasih Allah yang menebus dalam ikatan Perjanjian Lama. Paulus menjelaskan makna yang terdalam dari perjamuan itu sebagai persekutuan (koinonia) dengan Tuhan dalam kematian dan kebangkitan-Nya yang ditunjukan dalam roti dan anggur (1Kor. 10:16). Perjamuan sebagai bentuk kesatuan ini menemukan kesatuan Gereja karena Gereja berpartisispasi dalam mengambil bagian dari roti yang satu, demikianlah mereka satu tubuh Kristus (1Kor. 10:16-17). Juga dijelaskan penekanan makna eskatalogis yang melihat pandangan kedatangan dalam kemuliaan. Perjamuan Tuhan yang final dan kekal ialah dalam mana “Allah menjadi semua di dalam Semua” (1Kor. 15:28).

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Perjamuan, Paskah Baru, Tubuh dan Darah Yesus
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil KLAUDIUS MARIANO DARMA
Date Deposited: 05 Sep 2022 01:03
Last Modified: 05 Sep 2022 01:03
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/8358

Actions (login required)

View Item View Item