Paham Hidup Yang Baik Menurut Platon

RATAG, Budi Alen Agustinus Yosua (2017) Paham Hidup Yang Baik Menurut Platon. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.

[img] Text
Abstraksi.pdf

Download (358kB)
[img] Text
bab I.pdf

Download (150kB)
[img] Text
Bab II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (171kB)
[img] Text
Bab III.pdf

Download (369kB)
[img] Text
Bab III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (369kB)
[img] Text
Bab IV.pdf

Download (134kB)

Abstract

Platon adalah pemikir besar dalam sejarah. Di Indonesia kita menyebutnya Plato dikarnakan filsafat masuk kenegara ini melalui bahasa Belanda. Hal ini diakui juga oleh Dr. A. SetyoWibowo seorang dosen filsafat STF Driyakara Jakarta yang cukup akrab dengan pemikiran-pemikiran Platon. Menurutnya kalau mengikuti kata Yunani Platwn (Platon) dan juga karena alasan menyesuaikan diri dengan sebagian besar bahasa internasional di Barat sudah sepantasnya dan lebih baik (memulai) menyebutnya Platon. Alasan atau pertimbangan lain sebutan itu sangat cocok untuk mengambarkan munculnya kata-kata turunan seperti Platonisme, Paltonik, Platonis, atau juga Platonisian dll. Untuk mengerti paham hidup yang baik menurut Platon pada dasarnya harus berangkat dari kesadaran bahwa semua idea-idea terarah pada satu idea yang membuat semua idea teramati dan idea itu idea Yang Baik. Seperti seseorang yang keluar dari gua dan sudah membiasakan diri pada suasana terang benderang bebas, pada akhirnya menyadari bahwa apa saja yang dilihatnya bisa dilihat karena disinari oleh matahari. Maka Yang Baik itu adalah Sang Baik itu sendiri yang juga merupkan realitas tertinggi. Sang Baik merupakan tujuan dari segala yang ada. Manusia sebagai yang ada yang terbatas memiliki dinamika (pergerakan) batin, dan dinamika hakikinya adalah menuju Sang Baik. Manusia dalam hatinya ada ketertarikan pada tujuan yang paling tinggi yaitu idea Yang Baik. Dan memandang idea Yang Baik adalah kebahagiaan yang tertinggi. Hidup yang baik dapat dikatakan sebagai hidup bahagia dan kebahagiaan tidak lain memandang idea Yang Baik, atau dengan kata lain mencapai dunia rohania atau juga menyerupai bahkan menyatu dengan Yang Baik. Kebahagiaan atau hidup rohania ini tidak mungkin dicapai dengan bertindak jauh dari hal-hal yang identik dengan idea Yang Baik. Bagaimana hidup yang baik dapat dicapai, merupakan hal yang perlu dijawab setelah menyadari bahwa hidup yang baik adalah kebahagiaan, atau dapat memadang juga menyatu dengan Yang Baik. Etika Yunani menjawab pertanyaan itu: bahwa hidup yang baik itu harus ditempuh dengan menemukan menjalankan aturan, arahan, agar hidup tidak hanya sebatas mempertahankan hidup tetapi juga mencapai hidup yang bernilai, yang berhasil, yang tidak percuma tetapi yang bermakna (yang baik). Pada dasarnya orang yang bijaksana akan mencari dan menjalankan petunjuk-petunjuk untuk hidup yang baik dan bahagia. Maka seseorang tidak perlu dipaksa untuk hidup bernilai jika dia bijaksana. Dapat dikatakan bahwa hidup yang baik juga erat kaitannya dengan mengerti dan mengetahui dengan tepat atau dengan kata lain memiliki paham yang tepat tentang hidup. Keterbukaan sangat dibutuhkan agar seseorang dapat memiliki paham yang tepat tentang kehidupan dan orang yang mencintai kebijaksanaan akan bersikap terbuka sebagai sarana mencapai hidup yang etis. Platon berpendapat bahwa seseorang dapat dikatakan memilki hidup yang baik apabila ia dikuasai oleh akalbudi (buruk jika dikuasai keinginan dan nafsu). Maka dalam proses mencapai hidup yang baik seseorang harus membebaskan diri dari kekuasaan irasional (nafsu-emosi) dan mengarahkan diri pada akal budi. Akal budi menurut Platon bertempat di kepala, sebagai unsur rasional dapat dikatakan viii juga esensi suci dan mengatur unsur irasional jiwa dengan demikian akal juga penentu keadaan baik buruknya jiwa seseorang. Mengikuti akal budi berarti berorientasi pada realitas yang sebenarnya. Hidup yang baik yang membahagiakan yang harus bebas dari kekuasaan irasional ternyata secara nyata dapat dicapai jika seseorang memiliki keutamaan-keutamaan sebagai bukti seseorang tidak berada dalam kekuasaan irasional. Dengan kata lain akal budi manusia membantu manusia mengenal keutamaan-keutamaan yang dapat membawa manusia pada hidup yang baik dan bahagia. Menurut Platon ada 4 keutamaan yang mendasari kehidupan yang baik manusia. 1) Kebijaksanaan 2) Keberanian 3) Kesederhanaan4) Keadilan. (Keadilan) Platon berpendapat bahwa keadilan erat kaitannya dengan kebaikan. Maka orang yang adil hampir dapat dipastikan adalah orang yang baik. Namun Platon memiliki pendapat tersendiri tentang hal ini, menurutnya keadilan adalah melakukan pekerjaan sendiri, bukan menjadi seseorang yang selalu ikut campur dengan urusan orang lain. Keadilan nampak sebagai usaha menciptakan keadaan selaras dan seimbang. (Kebijaksanaan) Kebijaksanaan merupakan keutamaan yang identik dengan bagian rasional. Maka orang yang bijaksana adalah orang yang berpengetahuan yang mengandalkan akal/pengetahuan. Menjadi bijaksana harus melewti proses penyelidikan atau pembelajaran yang terus-menerus, dan jiwa harus tetap dibersikan dengan prilaku baik, yaitu prilaku bebas dari prilaku nafsunafsu dan senantiasa berada dalam pengruh rasio. Dalam konteks keberadaan suatu negara, orang-orang yang bijaksanalah yang harus memimpin suatu negara. Kebijaksanaan membuat seseorang mencintai pengetahuan, mencintai segala sesuatu yang benar dan menghasilkan kebahagiaan bagi diri sendiri dan banyak orang. (Keberanian) Keberanian merupakan keutamaan yang dapat menghadirkan sikap teguh bertahan dalam kesulitan-kesulitan hidup terutama dalam hal mempertahankan apa yang benar dan baik untuk banyak orang. Keutamaan ini identik dengan para penjaga negara. Para prajurit tugasnya selain menjaga negara dari serangan musuh, tugas mereka juga mengawasi agar warga negara taat pada pemimpin. Keutamaan ini secara nyata memiliki kontribusi dalam menghadirkan kebahagiaan bagi negara. (Pengendalian Diri) Keutamaan ini lebih identik dengan keinginankeinginan dan nafsu dalam diri manusia. Orang yang mawas diri atau yang mampu mengendalikan diri berarti bijaksana. Sifat bijaksana dalam bertindak berarti tindakannya disertai refleksi diri saat memutuskan pilihan (terbaik) yang harus dilakukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keutamaan ini juga penentu hidup seseorang bernilai atau tidak. Keutamaan-keutamaan ini sangat menolong dalam mencapai hidup yang baik secara individu atau kelompok. Kemudian oleh sebab akal budilah yang mengatur dan mengarahkan jiwa secara terus-menerus pada ide yang baik, dan akal identik dengan kebijaksanaan maka hidup yang baik juga butuh bertindak bijaksana yang mencintai pengetahuan serta menjunjung keadilan. Hidup yang baik tidak lain adalah kebahagiaan. Maka orang yang bahagia berarti dia memiliki kriteria hidup yang baik. Sedangkan kebahagiaan menurut Platon hanya mungkin diraih atau dimiliki oleh orang yang memiliki keutamaan-keutamaan. Maka orang yang baik mengarahkan diri pada yang baik, mencintai kebijaksanaan, dan ix melakukan kewajiban-kewajibannya setiap hari. Keterearahan pada Sang Baik tercermin dalam keteraturan jiwa dan keutamaan adalah tatanan dan keselarasan dalam jiwa itu. Seperti telah dikatakan Platon memiliki pendapat ada 4 keutamaan (yang paling utama) kebijaksanaan, keberanian, sikap tahu diri, dan keadilan. Mengusahakan/melakukan keempat keutamaan ini sama artinya menciptakan kondisi agar roh (nya) dapat diangkat (nya) kealam rohani. Dengan judul Paham Hidup Yang Baik Menurut Platon demikian karya ini telah dibuat untuk mendalami pemikiran filsafat Platon, juga untuk membantu penulis belajar tentang hidup yang baik

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
H Social Sciences > H Social Sciences (General)
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Lake Primus Sani
Date Deposited: 07 Sep 2022 06:12
Last Modified: 07 Sep 2022 06:12
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/8512

Actions (login required)

View Item View Item