MERO, Nasarius (2022) Perempuan Dalam Ritus Roko Molas Poco Budaya Anam-Mbero, Manggarai, Flores. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Text
ABSTRAK.pdf Download (641kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (492kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (830kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (894kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (560kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (523kB) |
Abstract
Manusia adalah makhluk idividual sekaligus makhluk sosial. Hakikat individual dan sosial ada secara fundamental pada manusia. Sebagai makhluk idividual, manusia mengenal dirinya dan realitas di luar dirinya. Sedangkan sebagai makhluk sosial, manusia sadar bahwa ia ada karena diadakan oleh yang lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Gebriel Marcel Filsuf Perancis; esse co-esse est. “Ada sebagai manusia selalu berarti ada bersama.” Karena manusia sebagai mahkluk sosial, maka manusia tidak terlepas dari kehidupan sosial khususnya kebudayaan. Dalam Konsili Vatikan II di katakanbahwa manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan,karena Kebudayaan menjadikan kehidupan sosial lebih manusiawi melalui kemampuan tata susila dan lembaga-lembaga.(GS Art. 53). Masyarakat Manggarai pada umumnya dan masyarakat Anam pada khususnya adalah masyarakat berbudaya yang kaya akan kebudayaan. Kekayaan itu nampak dalam warisan material dan warisan ritual. Warisan ritualbudaya bagi orang Anam, bukanlah warisan ritual tanpa alasan melainkan warisan ritual yang berpijak pada realitas dan berpihak pada manusia. Warisan ritualini terungkap jelas dalam ritusroko molas poco. Ritus inimerupakan sebuah ritus memikul (roko) Tiang Utama (siri bongkok) yang disimbolkan dengan Gadis Cantik (molas) menuju lokasi pembangunan Rumah Adat (mbaru gendang). Dalam Ritus ini pula tidak terlepas dari cara pandang orang Manggarai dan orang Anam khususnya tentangperempuan. Dimana diakui bahwa Perempuan merupakan makhluk yang kaya akan potensi. Dia memiliki kualitas-kualitas yang bisa menjadikan kehidupan publik lebih baik, misalnya ketulusan, kasih sayang, penuh perhatian, pelayanan tanpa pamrih, setia mencintai, dan rela berkorban untuk keluarga. Komposisi kualitas-kualitas potensial ini merupakan singularitas yang terharmonisasi dan memberi makna pada totalitas baru untuk publik. Masing-masing entitas bukan lagi sebagai monade tetapi saling terintegrasi membentuk orde. Roko molas poco merupakan ritus memikul (roko) tiang utama (siri bongkok) yang disimbolkan sebagai gadis cantik (molas) yang datang dari gunung (poco) lalu di jemput digerbang kampung (pa’ang) untuk selanjunya diarak masuk kelokasi pembangunan rumah adat (Mbaru Gendang). Orang Manggarai dan orang Anam khususnya mengidentifikasi tiang utama (Siri Bongkok) ini sebagai gadis cantik (Molas) yang datang dari gunung (Poco). Gunung/Hutan dalam pandangan orang Manggarai selalu dihubungkan dengan kesejukan, keindahan, keharmonisan, dan kerjasama. Sedangkan Kayu/Pohon dipandang sebagai perempuan/istri dan ibu bagi keturunan. Karena itu, Pemahaman/konsep perempuan dalam ritus roko molas poco adalah suatu gambaran tentang perempuan yang mengungkapkan bahwa seorang perempuan adalah makhluk yang luhur, bukanlah makhluk lemah atau makhluk kelas dua. Perempuan dalam perspektif orang Manggarai dan orang Anam khususnya mempunyai kedudukan yang terhormat dan sederajat dengan laki-laki.Jelasnya perempuan adalah mitra yang sejajar dengan laki-laki dalam keselarasan dan keharmonisan. Dimana perempuan mempunyai kesamaan hak. Kewajiban dan kesempatan dalam suasana saling menghormati dan saling mengasihi. Manusia dalam bahasa Manggarai tidak berpadanan dengan konsep mankind. Walaupun dalam sistem kekeluargaan, budaya Manggarai menganut sistem patrilineal yang menegaskan tentang hak dan keberadaan laki-laki sebagai ahli waris dalam garis keturunan maupun harta pusaka. Namun tidak berarti bahwa perempuan diperlakukan semena-mena, tetapi dihargai selayak ia sebagai manusia. Dengan ritus roko molas poco, memperlihatkan peran seorang perempuan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa dan layak mendapat hak-hak istimewa serta martabatnya sebagai perempuan yang juga mempunyai peran penuh dalam hidup bersama dalam masyarakat maupun dalam hidup berkeluarga. Melalui roko molas poco orang bisa melihat dan menemukan nilai-nilai yang mengungkapkan keberadaan seorang perempuan sebagai pribadi yang diakui eksistensinya. Kendatipun banyak pandangan dan pendapat yang melecehkan keberadaan kaum perempuan. Dimana eksistensi kaum perempuan seringkali temarginalisasi (peminggiran; dalam hal ini menganggap pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki). dan di suborninasi (penilaian terhadap peran perempuan lebih rendah dari laki-laki) oleh kultur-kultur yang tidak adil dan menindas. Bahkan perempuan selalu berada dalam posisi dibelakang laki-laki. Mereka beranggapan perempuan adalah jenis kedua, manusia kelas dua, dan eksistensi perempuan diakui sejauh berhubungan dengan eksistensi laki-laki. Status perempuan hanya dilihat sebagai suplemen dari laki-laki karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki.Karena itu, Roko molas poco merupakan salah satu tradisi pada budaya orang Anam yang mengedepankan nilai keperempuanandalam proses pembangunan rumah adat (mbaru gendang). Yang juga didalamnya terungkap tentang eksistensi perempuan. Sebagai pribadi yang bermartabat tinggi, perempuan mempunyai martabat tertentu yang memuat eksistensi dan essensinya yang khas, seperti yang terungkap dalam ritus Roko Molas Poco.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Manggarai, Roko Molas Poco, Martabat, Perempuan Manggarai. |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Fil Nasarius Mero |
Date Deposited: | 22 Sep 2022 01:03 |
Last Modified: | 22 Sep 2022 01:03 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/9254 |
Actions (login required)
View Item |